Kenapa Rasulullah Tidak Menafsirkan Quran? Melainkan Yang Menafsirkan Para Ulama?
Ada begitu banyak kitab Tafsir yang ditulis oleh para ulama, bahkan tiap tafsir memiliki perbedaan antara tafsiran yang lain dan membuat banyak perselisihan. Kenapa tidak Rasulullahs aja yang menafsirkan Al-Quran? bukankah beliau lebih berhak untuk menjelaskan kitab suci dari pada ulama yang datang belakangan?
Rasulullah juga menjelaskan makna dari ayat Al-Quran dalam sabda-sabda hadits qauliyahnya. Namun penjelasan beliau terhadap Al-Quran disebut bayan bukan tafsir. Hal itu karena Rasulullah tidak perlu menafsirkan Al-Quran, sebab penjelasan sabdanya terhadap ayat tidak diragukan kebenarannya dan sabda beliau sendiri merupakan objek yang ditafsirkan.
Maksudnya, para ulama tafsir ketika menafsirkan suau ayat, maka ayat itu akan dijelaskan dengan ayat lain. Jika tidak ada, maka ayat itu akan dijelaskan oleh sabda Nabi. Jika tidak ditemukan maka akan dicarikan riwayat-riwayat yang ada. Itulah metodologi dalam tafsir bil-ma’tsur. Sehingga tafsir bil-ma’tsur tidaklah sepenuhnya pemikiran seorang ulama, melainkan juga harus merujuk pada dalil primer yakni ayat dan hadits itu sendiri.
Rasulullah menafsirkan ayat-ayat hukum seperti ayat-ayat tentang shalat. Allah tidak menyebutkan tata cara shalat, berapa kali shalat dilakukan dan jumlah raka'at dalam setiap shalat wajib. Oleh karena itu Rasulullah juga menjelaskan maksud dari ayat terkait. Begitu juga puasa, zakat, haji dan lain-lain.
Adapun seandainya beliau menafsirkan setiap ayat Al-Qur`an, berarti beliau membatasinya atas satu pemahaman dan akan seperti itu pemahamannya sampai Hari Kiamat. Akan tetapi rahasia Al-Qur`an tidak ada habisnya dan Al-Qur`an cocok untuk setiap masa.
Ilmu pengetahuan modern pun telah membuktikan kebenaran berbagai hal yang disebutkan oleh Al-Qur`an. Seandainya hal-hal itu disebutkan pada masa Rasulullah niscaya akal orang-orang pada masa itu akan kebingungan dan tidak ada satu pun yang dapat memahaminya. Allah berfirman, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur`an itu adalah benar.” (Fushshilat [41]:53) “Di segala wilayah bumi” artinya di segala penjuru dunia, seperti peristiwa terbelahnya bulan.
Al-Qur`an memiliki berbagai rahasia yang menakjubkan. Seorang laki-laki biasa dapat membacanya dan memahaminya sekadar pengetahuannya dan orang alim dapat juga membacanya dan memahaminya serta menemukan berbagai penemuan ilmiah, seperti ayat: “Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam.” (Az-Zumar [39]:5) Dahulu, ayat ini dipahami dengan pergantian malam dan siang semata. Sedangkan di masa modern, kita dapat memahaminya bahwa bumi itu bulat.
Juga seperti ayat: “Tidak ada tersembunyi dari-Nya sebesar dzarrah pun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Saba [34]:3) Dahulu, dzarrah dipahami dengan semut kecil atau debu (yakni benda kecil yang tampak saat ada cahaya matahari). Setelah perkembangan ilmu pengetahuan, ilmuan modern memahami bahwa dzarrah adalah atom dan yang lebih kecil darinya adalah bagian atom. Al-Qur`an bagaikan lautan kebaikan yang tidak bertepi dan tak pernah habis.
Maka tidak benar beliau tidak menjelaskan makna ayat Al-Quran. Faktanya sabda Nabi adalah salah satu instrumen dalam menafsirkan suatu ayat.
Terima kasih atas kiriman e-booknya.
BalasHapusalhamdulillah sdh saya terima e-book nya... sdh masuk inbox berlabel bintang...syukron jazakallahu
BalasHapus