Ads Top

Jika Allah Itu Ada Kenapa Ia Tidak Menampakkan Dirinya?


Bagi atheis, mereka meyakini jika alam terbentuk dengan sendirinya. Bermula dari ledakan hebat big bang yang terjadi secara alami dan spontanitas. Selain itu mereka pula tidak percaya pada wujud eksistensi non-indrawi. Maka mereka tidak percaya pada Tuhan.


Namun Allah sudah menegaskan bahwa tidak ada sesuatupun terjadi tanpa adanya pencipta. Allah berfirman, “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan ( diri mereka sendiri)?” (Ath-Thuur [52]:35)


Seandainya ada orang yang menceritakan kepada Anda bahwa dia melihat sebuah kapal penuh dengan muatan ada secara betulan tanpa ada pembuatnya dan berlayar di lautan tanpa nahkoda, apakah Anda akan membenarkannya?! Seandainya Anda melemparkan sebuah wadah besar yang terbuat dari kaca ke tanah, lalu pecah, apakah akan menjadi gelas-gelas kecil?! Seandainya Anda menumpahkan sejumlah cat warna keatas sebuah kanvas, apakah akan menjadi sebuah lukisan pemandangan yang indah?!

Apalagi dengan alam yang begitu rapi dan serasi ini, di mana segala sesuatu berjalan dengan sistem yang sempurna. Seandainya melenceng sedikit saja niscaya hancur kehidupan seluruhnya.

Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Faathir [35]:41)

Seandainya Anda berjalan di padang sahara sendirian, lalu Anda tidur sejenak untuk beristirahat, kemudian Anda terbangun dan Anda merasa lapar, tiba-tiba Anda menemukan meja makan yang penuh dengan makanan dan minuman, apakah Anda akan mengambil makanan itu untuk memakannya sebelum bertanya-tanya di dalam hati siapa yang menyediakannya?

Apalagi dengan alam dengan segala isinya yang telah disediakan untuk menyambut Anda sebelum Anda dilahirkan. Matahari, bulan, bintang, bumi, langit dan seterusnya. Segala sesuatu yang ada di alam ini pun memiliki sistem dan aturan yang tidak boleh dilanggar. Apakah segala sesuatu ini tidak ada penciptanya?! Apakah sistem dan aturan yang begitu rapi dan serasi itu ada secara kebetulan?!

Inilah bukti bahwa adanya sang pencipta yang membuat akan sesuatu setelahnya itu ada atau tercipta yang disebut  illatul ilal atau causa prima. Dengan begitu maka tentu adanya sosok penggerak awal yang tak digerakkan (primum mobile immontum) yang menyembabkan segala sesuatu ada/tercipta, yang kemudian dikenal sebagai Tuhan semesta (rab al-'alamiin).

Kenapa Tuhan Tidak Nampak?

Kita percaya ada arus listrik, akan tetapi apakah kita dapat melihatnya? Anggap saja kita berada di suatu tempat, lampu-lampu menyala dan AC atau kipas angin berfungsi dengan baik, kemudian ada orang yang bertanya, “Apakah ada aliran listrik?” Kira-kira apa jawaban orang-orang yang ada di tempat itu? Mungkin mereka akan berkata “Kamu sudah gila! Tidakkah kamu lihat lampu-lampu menyala, kipas angin, AC dan sebagainya berfungsi dengan baik?” Lalu dia berkata: “Di manakah aliran listrik itu?!” Kita menjawab, “Aliran listrik itu ada di kawat tembaga yang terbungkus (kabel) itu.” Lalu dia membelah kabel itu apakah dia melihat sesuatu? Kemudian, seandainya dia menyentuhkan tangannya ke kawat tembaga, apa yang akan terjadi?

Kita juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dengan penggunaan elektron, baik pada satelit, kalkulator, telepon, internet dan lain-lain. Apakah kita dapat melihat elektronik itu? Apakah kita juga dapat melihat gravitasi bumi? Apakah kita dapat melihat magnet? Apakah kita dapat melihat sinar X, lazer atau gelombang suara? Bukankah kita dapat menunjukkan adanya segala sesuatu itu dengan sebab adanya pengaruh/bekasnya?

Seorang laki-laki badui yang tidak bisa baca tulis dan tidak pernah duduk di bangku sekolah berkata dengan nalurinya yang sehat, “Kotoran unta ini menunjukkan adanya unta. Jejak kaki ini menunjukkan adanya orang yang berjalan kaki, maka, langit yang penuh dengan bintang, bumi yang memiliki lembah-lembah, bintang-bintang yang berkilauan dan lautan yang bergelombang, tidakkah itu semua menunjukkan adanya Tuhan Yang Mahahalus lagi Maha Mengetahui. 

Sesungguhnya indera yang diciptakan Allah untuk kita bukan dipersiapkan untuk melihat atau mengetahui segala ciptaan Allah, apalagi mengetahui Tuhan yang menciptakannya? Mahasuci Allah, “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (Al-An’aam [6]:103) 

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak tidur dan tidak laik bagi-Nya untuk tidur. Dia yang merendahkan timbangan dan yang mengangkatnya. Dilaporkan kepada-Nya amal malam sebelum amal siang dan amal siang sebelum amal malam. Hijab-Nya adalah cahaya. Seandainya Dia membuka hijab-Nya niscaya kesucian wajah-Nya akan membakar seluruh makhluk-Nya yang berada dalam jarak pandangan-Nya.” (Shahih Muslim) Dalam riwayat lain: “Hijab-Nya adalah api.”

Kenapa Allah Tidak Menampakkan Dirinya?

Selain itu, missionaris membuat sebuah syubhat, bahwa walaupun tuhan tidak dapat dilihat, namun Tuhan telah menampakkan dirinyad alam wujud inkarnasi manusia pada sosok Yesus. Sedangkan umat Islam sampais aat ini tidak pernah melihat tuhannya dan tuhannya tidak pernah menampakkan dirinya.

Faktanya, walaupun Yesus dianggap tuhan yang kemudian disebut tuhan yang menampakkan dirinya ada manusia. Umat Kristiani sendiripun tidak dapat membuktikan dan mendeskripsikan wujud asli dari sosok bapa disorga dan roh kudus yang merupakan dua pribadi lain dalam rangkaian trinitas.

Bukannya tidak bisa, bahwa bisa-bisa saja Allah menampakkan dirinya kepada makluknya secara wujud asli dengan penuh keagungannya. Namun hal itu tidak dapat tanggung oleh makhluk yang sifatnya terbatas ketika menerima pancaran keagungan dzat Allah yang tidak terbatas.

Lihat ketika Nabi Musa memohon melihat Allah, Allah berfirman kepadanya, “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.” (Al-A’raaf [7]:143) Sekarang kalian meminta melihat Allah, kira-kira apa yang akan terjadi?!

Sesungguhnya percaya kepada yang gaib termasuk salah satu inti akidah orang-orang yang beriman. Sebab, seandainya segala sesuatu dapat dilihat dan disaksikan, apa gunanya kepercayaan? Adakah orang yang berkata, “Aku percaya dengan adanya matahari, bulan, malam atau siang”?

Sesungguhnya melihat Allah merupakan nikmat yang paling besar, bahkan lebih besar dari kenikmatan surga. Apakah pantas orang musyrik, orang kafir, orang fasik dan orang jahat juga mendapatkannya? Firman Allah, “Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka.” (Al-Muthaffifiin [83]:15)

Melihat Allah hanya bagi ahli surga. Mereka akan mendapatkan kenikmatan itu sesuai dengan kedudukan mereka. Orang yang berkedudukan paling tinggi akan melihat Allah pagi dan sore. Allah berfirman, “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka Melihat.” (Al-Qiyaamah [75]:22-23)

Ya Allah, berikan kepada kami kelezatan memandang-Mu dan rindu bertemu dengan-Mu. Ya Allah, hiasilah diri kami dengan perhiasan iman dan jadikan kami orang yang mendapat petunjuk dan dapat memberi petunjuk.

Adapun Yesus bukanlah bukti dimana tuhan telah menamppakkan dirinya pada manusia, hal itu karena:

Pertama, Yesus bukanlah tuhan bagi umat Islam.

Kedua, jika Yesus adalah tuhan yang turun kebumi, maka tuhan telah membuat dirinya yang semula tidak terbatas menjadi terbatas. Konsekuensinya, tuhan terikat pada kodrat manusiawi yang kemudian dianggap tuhan mengalami sedih, senang, sakit, takut, menderita dan sebagainya.

Ketiga, jika Yesus adalah bukti wujud tuhan yang nampak, maka yang nampak oleh manusia bukanlah wujud tuhan, melainkan hanya tubuh manusiawi yang terbukti bersifat terbatas -sama seperti manusia pada umumnya.

Keempat, adapun mukjizat yang terjadi pada/dari tubuh manusiawi Yesus atau Nabi Isa itu adalah kemampuan yang bukan berasal dari tubuh manusiawi yang terbatas itu, melainkan anugerah yang disebut mukjizat dari Tuhan sang dzat tidak terbatas.

1 komentar:

  1. "Alam semesta itu kompleks. Mustahil terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang menciptakan.

    Tuhan jauh lebih kompleks dari Alam semesta. dan Tuhan bisa ada dengan sendirinya (tanpa pencipta). Dia adalah pencipta."

    Sudah lihat masalahnya apa? Yup, standard ganda. Orang-orang beragama menolak sesuatu yang kompleks bisa ada tanpa pencipta. Namun di sisi lain mereka lupa bahwa Tuhan mereka yang jauh lebih kompleks dari Alam semesta bisa ada tanpa pencipta.

    Kenapa kita tidak mundur selangkah dan katakan bahwa Alam semesta adalah pencipta dan tidak diciptakan sebagaimana Tuhan juga pencipta dan tidak diciptakan? Alam semesta adalah Tuhan kita. Jika Tuhan boleh, kenapa Alam semesta tidak?

    Nampaknya mayoritas orang menolak gagasan tersebut karena Alam semesta tidak sesuai dengan imajinasi Tuhan yang mereka inginkan. Tuhan yang maha melindungi, maha baik, maha melihat, bisa bicara, dll. Manusia butuh Tuhan untuk menghadapi kenyataan kerasnya Alam semesta.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.