SEJARAH KEBENCIAN KRISTEN TERHADAP AGAMA ISLAM: Dari Yohanna Damaskus Hingga Martin Luther
Fenomena mengkritik agama Islam dewasa ini melalui media sosial khususnya platform Youtube semakin meningkat. Banyak channel-channel youtube hadir dan dibuat dengan misi khusus untuk "menelanjangi" agama Islam, baik Al-quran, Hadits tauapun Rasulullah yang menjadi objek pembahasannya.
David Wood serta Christian Prince (nama samaran) merupakan dua figur yang kerap hadir dan menyemarakkan fenomena ini di youtube. Materi kritik mereka pula digunakan oleh kanal-kanal youtube lain untuk motivasi menelanjangi Islam.
Fenomena ini bukanlah suatu hal yang baru. Kritik terhadap agama Islam sudah muncul sejak abad ke 8 Masehi. Bermula dari seorang seorang Imam Gereja Katolik Syria yakni John of Damascus atau Yuhanna Ad-Dimasyqi. Ia menulis menulis tentang Islam dan Nabi Muhammad dengan sangat sinis dalam bukunya Peri Haireson atau De Haeresibus pada bab ke 101yang ditulis pada tahun 743 M[1].
Peri Haireson merupakan bagian kedua dari tiga bagian bukunya John yang berjudul Pege Gnoseos yang membahas mengenai sekte-sekte sesat dalam iman Kristiani. Bagian pertama berjudul Dialextica yang membahas cara berdiskusi dan bagian ketiga berjudul De Fide Ortodoxa yang membahas iman ortodoksi dalam kekristenan[2]. Berbeda dengan sekte sesat lain yang ditulisnya dalam buku itu, John menulis tentang Islam hingga beberapa lembar.
John tidak pernah menyebut orang-orang Islam sebagai Muslim. Ia menyebutnya Ismaelitai (keturunan Ismail) dan Agarenoi (keturunan Hajar). Ia menyebut Al-Qur'an sebagai Graphe (kitab) dan berpendapat Muhammad bukanlah seorang Nabi. Ia menegaskan Al-Qur'an banyak memuat cerita-cerita bodoh (idle tales)[3].
Dalam karyanya ia mengurai mengenai Islam dengan berbicara tentang asal-usul agama itu. Mula-mula orang-orang Arab menyembah berhala, lalu muncullah Mamed (sebutannya kepada Nabi Muhammad). Ia menganggap jika Rasulullah mendapat pengajaran dari Rahib Kristen sekte Arian[4].
Begitu pula ia tak segan-segan mengkritik Al-Quran. Topik Al-Quran yang dipermasalahkan oleh John seperti pembahasan poligami, perceraian, pernikahan Nabi, unta nabi Shalih serta hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai doktrin Kristiani. Selain itu John, dengan tidak memberi contoh, langsung saja berkomentar bahwa Surah al-Baqarah hanyak memuat cerita bodoh[5].
Kritik John terhadap Al-Quran terlalu serampangan dan fragmentatis tanpa melihat konteks ayat yang dibicarakan, baik dari segi pra (sibaq), paska (lihaq) dan suasana (siyaq) ketika ayat tersebut diturunkan[6]. Dari isi Al-Quran, ia hanya mengenal surah ke 2-5, dan tentang bagian itu pun belum lengkap pengetahuannya. Klaim John bahwa agama Islam dipengaruhi dari ajaran Arianism juga terlalu prematur dan hanya kena-mengena dengan beberapa aspek dari ajaran Islam saja dan bersifat negatif semata-mata. Ia tidak menilai Islam dari dalam; tidak ada juga upaya mengadakan diskusi lebih serius mengenai Islam[7].
Dikarenakan tidak ilmiyah dan cenderung subjektif, kritikan John ini lebih dianggap hujatan dan cemoohan terhadap Islam dan Quran khususnya. Pendapat John mengenai Islam sendiri telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John W. Voorhis dengan judul "John of Damascus on the Moslem heresy".
Jika di timur ada Yohanes Damaskus maka dibarat ada Bede Venerabilis[8]. Bede Venerable merupakan seorang Rahib Benediktin terhormat di Inggris[9]. Ia mengatakan bahwa Nabi Muhammad merupakan seorang manusia padang pasir yang liar, tak bermoral, barbar dan suka perang. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Nabi Muhammad seorang yang kurang literasi, berstatus social rendah. Hujatan Bede ini telah didokumentasikan oleh C. Plummer dalam bukunya Historia Ecclesiatica. Pada masa hidupnya dan sebelum ia wafat pada 735 M, bangsa Arab telah hampir menguasai seluruh Eropa hingga ke Paris[10]. Hal ini tampaknya yang membuat Bede begitu sinis terhadap Saracen (Saraqiyin, orang-orang timur -sebutan kepada Muslim).
Pada masa yang sama, bani Seljuq sudah menguasai Palestina, hingga akhirnya Alexius Comnesus meminta Paus Urbanus II agar melakukan propaganda merebut kembali tanah itu kepada kerajaan Kristen. Paus Urbanus II segera mengumpulkan tokoh-tokoh Kristen pada tanggal 26 November 1095 di Clermont sebelah tetangga Perancis. Dalam pidatonya Paus memerintahkan untuk mengangkat senjata melawan pasukan Muslim. Dengan tujuan memperluas gereja-gereja Romawi supaya tunduk di bawah otoritasnya Paus. Dan Propagandanya Paus menjanjikan ampunan peperangan ini. Oleh karena ini meletuslah Perang Salib[11]. Karena faktor dorongan agamawi itulah para pasukan ini menggunakan simbol salib dan dinamai perang salib. Perang ini merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab kebencian terhadap agama Islam oleh umat Kristen pada masa itu hingga masa berikutnya.
Nuansa kritik terhadap Islam pada masa ini masih begitu mentah. Walaupun orang-orang kristen tetap mengaggap orang-orang Islam disesatkan oleh iblis, paling sedikit disesatkan oleh nabi palsu, mereka menyadari perlunya informasi yang benar tentang Islam. Dugaan mereka awalnya umat Islam merupakan kaum politeis (banyak tuhan) dengan menyembah Muhammad yang mereka sebut Mahound, Tervagant (asalnya tidak jelas) dan Alkaron (Quran). Mereka menyadari tuduhan tersebut terbukti salah, bahwa umat Islam merupakan kaum yang sangat monotheis sehingga menolak ajaran trinitas Kristen yang sasi itu. Sehingga untuk menghindari kesalahan bodoh itu, diperlukanlah upaya mempelajari Islam secara serius[12].
Oleh karea itu maka selang 46 tahun setelah Paus Urbanus II mengobarkan perang salib, kepala Biara Cluny yang merupakan termasuk biara paling berpengaruh di Kristen Eropa pada zaman pertengahan Barat yang bernama Petrus Venerabilis, sangat bersemangat untuk mempelajari agama Islam untuk tujuan menjatuhkan Islam. Sekitar tahun 1141-1142, Petrus Venerabilis berkunjung ke Toledo, Spanyol. Di sana ia menghimpun, membiayai dan menugaskan tim penerjemah untuk menghasilkan karya berseri yang akan dijadikan landasan bagi para misionaris Kristen ketika berinteraksi dengan kaum Muslimin[13]. Dialah yang merupakan misionaris Kristen pertama yang menyerang Islam dengan pemikiran, bukan lagi dengan senjata.
Akhinya Al-Quran diterjemahkanlah dalam bahasa latin oleh tim penerjemah Petrus Venerabilis yang bernama Robert Ketton. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan untuk mengkritik agama Islam. Oleh karenanya Quran terjemahan ini juga diberi nama Lex Mahumet pseudoprophete yang berarti Hukum Muhammad dan Nabi Palsu. Walaupun dengan tujuan yang “jahat”, setidaknya inilah Quran pertama yang ditulis dalam bahasa latin dan dijadikan standar rujukan Quran hingga abad k-16 di Eropa[14].
Hingga pada abad ke-17 M, tepatnya pada tahun 1698, seorang Pendeta Italia, yang mengkaji Al-Qur'an selama 40 tahun, bernama Ludovico Marracci (1612-1700) menerjemahkan Al Qur'an sekali lagi ke dalam bahasa Latin dengan judul Alcorani Textus Universus (Teks Al-Qur'an yang Universal). Dalam karyanya, Marracci menunjukan berbagai kelemahan terjemahan Ketton itu[15].
Thomas E. Burman dalam bukunya Tafsir and Translation: Traditional Arabic Quran Exegesis and the Latin Qurans of Robert of Ketton and Mark of Toledo, mengkritik terjemahan ini karena banyak ditemukan kesalahan. Dalam halaman 709 ia mengungkapkan bahwa selain Maracci tokoh lain yang mengkritik terjemahan ini seperti Hadrian Reland, George Sale, dan Juan de Segovia. Akibatnya, terjemahan Ketton yang digagas oleh Petrus venerabilis sudah mulai tidak digunakan lagi sejak masa itu.
Selain menugaskan para sarjana Kristen untuk menerjemahkan teks-teks Arab penting lain, Petrus Venerabilis sendiri menulis karya khusus mengenai Islam. Karyanya mengenai Islam ada dua; Pertama, Summa Totius Haeresis Saracenorum (Semua Bid`ah Tertinggi Orang-Orang Islam) dan Dua, Liber contra sectam sive haeresim Saracenorum (Buku Menentang Cara Hidup atau Bid'ah orang-orang Islam). Kedua buku ini merupakan dua karya Petrus untuk menyerang Islam secara pemikiran pada masa itu.
Menurut pandangannya Islam merupakan sekte terkutuk dan sekaligus berbahaya (excerable and noxious heresy), doktrin berbahaya (pestilential doctrine), ingkar (impious) dan sekte terlaknat (a damnable sect). Ia menyebut Nabi Muhammad adalah orang jahat (an evil man) dan setan telah mempersiapkannya, oang yang nista sebagai anti-kistus. Serta Quran tidak terlepas dari peran setan[16].
Pada abad ke-13 M, sudah banyak para biarawan dan pendeta yang mulai mempelajari Islam. Diantaranya ada Ricoldo da Monte Croce, seorang Biarawan Dominikus[17]. Ia bertempat tinggal di Baghdad dengan tujuan dapat mempelajari islam lebih tepat, dan tentunya dengan tujuan mengkritik[18]. Ia menulis beberapa karya mengenai Islam dalam bahasa Latin.
Nuansa yang sama dari sebelumnya dimana dalam pandangannya ia juga beranggapan setan yang mengarang AI Qur'an sekaligus membuat Islam. Ia mempersoalkan ragam qiraah, nama-nama surah yang menurutnya aneh, tidak sistematik, tidak kronologis. Ricoldo menyimpulkan: Pertama, Al-Qur'an hanyalah kumpulan bid`ah-bid`ah lama yang telah dibantah sebelumnya oleh otoritas Gereja. Kedua, karena Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak memprediksi sebelumnya, maka AIQur'an tidak boleh diterima sebagai "hukum Tuhan." Selain itu, doktrin-doktrin Islam mengenai kesalahan agama Kristen dan Yahudi tidak bisa diterima. Ketiga, gaya bahasa Al Qur'an tidak sesuai untuk disebut menjadi "Kitab Suci". Keempat, klaim AI-Qur'an yang berasal dari ilahi tidak memiliki basis di dalam tradisi Bibel. Selain itu, konsep-konsep etika di dalam Al-Qur'an bertentangan dengan pernyataan-pernyataan filosofis. Kelima, Al-Qur'an penuh dengan berbagai kontradiksi internal. Al-Qur'an sangat tidak teratur. Keenam, kebenaran Al-Qur'an tidak dibuktikan dengan mukjizat. Ketujuh, Al-Qur'an bertentangan dengan akal. Buktinya, kehidupan Muhammad tidak bermoral dan Al-Qur'an memuat hujatan dan pernyataan-pernyataan yang tidak masuk akal mengenai hal-hal ketuhanan dan sebagainya. Kedelapan, Al-Qur'an mengajarkan kekerasan untuk menyebarkan Islam dan mengakui ketidakadilan. Kesembilan, sejarah Al-Qur'an tidak menentu. Kesepuluh, Peristiwa mi`raj adalah fiksi murni dan dibuat-buat[19].
Maurice Bucaille menyebutkan dalam bukunya The Bible, The Quran and Science bahwa tulisan-tulisan Ricoldo terhadap Al-Qur'an sama sekali tidak ilmiah dan sangat sinis. Hujatannya sebenarnya lebih tepat ditujukan kepada Bibel. Ini karena Bibel banyak sekali memuat cerita-cerita yang tidak senonoh dan porno serta tidak masuk akal. Nabi-nabi, yang sepatutnya ditiru, ternyata banyak memiliki skandal seks[20].
Tulisannya Ricoldo ini kemudian mempengaruhi Martin Luther, tokoh yang dikenal sebagai bapaknya Kristen Protestan. Pada 21 Februari 1542, Martin menerjemahkan karya Ricoldo; yang berjudul Confutatio Alcorani (Bantahan Terhadap AI Qur'an), ke bahasa Jerman dengan judul Verlegung des Alcoran Bruder Richardi[21]. Karya Croce masuk deretan buku best seller, dicetak berulangkali sejak abad ke-16 dan mendapat apresiasi luas[22].
Menurutnya Al-Quran dikarang oleh setan yang isinya mengajarkan kebohongan, pembunuhan, dan tidak menghargai perkawinan. Pandangannya terhadap Islam juga sangat buruk, ia mengakan Islam merupakan bangsayang dimurkai Tuhan[23].
Luther sangat membenci orang-orang Turki (Islam). Menurut Luther, Mohammed, Al-Qur'an dan orang-orang Turki semuanya adalah produksi setan. Ia menyebut kaum Muslimin dengan Turki dan membencinya dikarenakan faktor hegemoni Dinasti Utsmaniyah pada masa itu. Sehingga ia menulis buku dengan judul On The War Againt The Turk sebagai bentuk ekspresi emosinya itu.
Luther mengatakan: "Namun sebagaimana Paus yang anti Kristus, begitu juga orang orang Turki yang merupakan penjelmaan setan." (But just asthe pope is the Antichrist, so the Turk is the very devil incarnate). Demikian pula dalam halaman lain Luther menyebut Tuhan orang-orang Turki adalah setan (demon)[24].
Namun disisi lain Luther sendiri lebih membenci kapausan Katolik dan mengecapnya sebgi anti-kristus. Ia mengatakan, “sesungguhnya setan dajjal bukanlah Muhammad, melainkan paus di Roma dan gereja Roma adalah gereja setan”[25].
Namun setidaknya, karena usahanya kemudian Al-Quran dapat disebarkan kepada publik. Luther dengan pecaya diri menyakini tidak ada manusia yang akan mempercayai isi ketololan dan ketahayulan Al-Quran. Ia menulis kata pengantar untuk karya Theodore Bibliander (1504-1564) tentang Al-Quran[26]. Sebelumnya oleh pihak Gereja kitab Al-Quran dilarang untuk disebarkan. Pelarangan peredaran Al-Qur’an sudah berlangsung semenjak berabad-abad Paus Clemens VI sekitar 1309 M. Hingga akhir, Al-Qur’an boleh dicetak dan diedarkan apabila disertai komentar penyangkalan dan kritikan atas kebenaran isi Al-Qur’an[27].
Kemudian pada abad berikutnya muncullan era kritik Bible yang dipelopori oleh Richard Simon (1638-1712), seorang pendeta Perancis, yang dijuluki ‘the father of Biblical criticism’. Kemudian diikuti oleh John Mill, dilanjutkan oleh Edward Wells, Richard Bentley, Johann Albrecht Bengel dan lain sebagainya[28].
Setelah munculnya era kritik Bible. Selanjutnya dari abad ke-19 dan berikutnya nuansa kritik terhadap agama Islam, Nabi Muhammad dan Al-Quran khususnya oleh orang Eropa sudah mulai berbeda.
Pada era sebelumnya, nuansa kritik muncul dari kalangan pendeta, misionaris, teolog dan apologet kristen dan cenderung bersifat subjektif. Banyak cerita-cerita khususnya tentang Nabi Muhammad yang dilebih-lebihkan dan tidak sesuai realita kenyataan.
Hal ini, diakui oleh R.W. Southern bahwa kehidupan Muhammad yang ditulis oleh cendikiawan Barat pada abad pertengahan dan dinukil oleh para penulis Bizantium, jarang sekali yang menyajikan hakikat sebenarnya. Kesemuanya hanya berkisar tentang menikahi seorang janda kaya, mengindap penyakit ayan dan belajar dari agama Nashrani. Tulisan-tulisan tersebut, sukar dipercaya kebenarannya. Yang sangat mencolok, tidak ada kaitannya dengan fakta perjalanan sejarah. Ketika para penulis dari bangsa latin ditanya tentang tokoh macam apa Muhammad yang sukses. Maka jawabannya adalah seorang tukang sihir yang telah menghancurkan gereja-gereja di Afrika dengan ilmu sihirnya dan kesuksesannya karena ajaran yang disiarkannya melalui free sex[29].
Tuduhan semacam itu, tidak terbukti dalam diri Nabi Muhammmad Saw. karena menurut Will Durant bahwa tiada satu pun literasi sejarah Muhammad yang menunjukkan ia mengalami masalah psikis atau gangguan pikiran yang menyebabkannya menderita sakit ayan. Justru sebaliknya, logika Muhammad sangat jernih, pola pikirannya berlian, kepercayaan dirinya sangat utuh ketahanan fisiknya sangat prima. Ia adalah pribadi yang sehat jasmani dan rohani. Kita tidak menemukan satu pun cacat fisik ataupun mental dalam dirinya. Oleh karena itu, tuduhan bahwa Muhammad menderita penyakit ayan adalah bohong besar[30].
Pandangan ini, dipertajam oleh Nazmi Lukas bahwa ada propanda licik dan keji dari para musuh Islam yang membusukkan karakter Muhammad dengan tuduhan sebagi sosok pemuas nafsu. Mereka menodai keluhuran dan kesucian pribadi Muhammad dengan melabelinya sebagai manusia pemuas libedo seperti lazimnya habita binatang. Apa yang mereka tuduhkan sangat berlawanan dengan realitas dan fakta bahwa Muhammad adalah pribadi yang brmoral luhur, jauh dari perilaku amoral dan perilaku rendah lainnya. Oleh karenanya, propaganda licik mereka tidak lebih hanyalah kebohongan bernama pemuas nafsu[31].
Pada era berikutnya nuansa kritik sudah mulai serius dan berlandaskan teori dan cukup akademis. Kajian kritik ini dilakukan oleh para mahasiswa yang kemudian disebut orientalis.
_______________
[1] Adnin Armas, Metodologi Kritik Bible dalam Studi Al-Quran (Jakarta: Gema Insani, 2005) hlm. 6
[2] Van Den End & Christian de Jonge, Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam (Jakarta: UPI STT, 1997) hlm. 62
[3] Adnin Armas, Metodologi Kritik ...., hlm. 6
[4] Van Den End & Christian de Jonge, Sejarah Perjumpaan ...., hlm. 62
[5] Adnin Armas, Metodologi Kritik ...., hlm. 8
[6] Adnin Armas, Metodologi Kritik ...., hlm. 9
[7] Van Den End & Christian de Jonge, Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam (Jakarta: UPI STT, 1997) hlm. 64
[8] Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama Dan Kekerasan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006) hlm. 165
[9] Bede, Venerable, The Historical Works, Terj Inggris. J. A. Giles (London: James Bohn, 1845) hlm. xvi
[10] Minou Reeves, Muhammad in Europe: A Thousand Years of Western Myth-Making (New York: New York University Press, 2000) hlm. 84-85
[11] Machfud Syaefudin, et al, Dinamika Peradaban Islam; Prespektif Historis (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), hlm. 142
[12] Van Den End & Christian de Jonge, Sejarah Perjumpaan...., hlm. 104
[13] Adnin Armas, Metodologi Kritik ...., hlm. 19-20
[14] Hamam Faizin, “Percetakan Al-Qur’an dari Venesia hingga Indonesia”, dalam, Esensia, Vol XII No. 1 Januari 2011, hlm.142.
[15] Adnin Armas, Metodologi Kritik ...., hlm. 48
[16] Adnin Armas, Metodologi Kritik ...., hlm. 23
[17] Adnin Armas, Metodologi Kritik ...., hlm. 25
[18] End & Christian de Jonge, Sejarah Perjumpaan ..., hlm. 106
[19] Adnin Armas, Metodologi Kritik ...., hlm. 25-27
[20] Lihat Maurice Bucaille, The Bible, the Qur'an and Science: The Holy Scriptures Examined in the Light of Modern Knowledge. Pen. Alstair D. Pannell dan Maurice Bucaille (Selangor: Thinkers Library, Sdn. Bhd., tt), terbit pertama kali tahun 1976.
[21] Adnin Armas, Metodologi Kritik ...., hlm. 29
[22] Egi Sukma (2017), "Orientalisme dan Penerjemahan Al-Quran" . Jakarta, Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol. 16, No. 1, 2017, hlm. 26
[23] Adian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat dalam studi Islam di perguruan tinggi (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm. 224
[24] Adnin Armas, Metodologi Kritik ...., hlm. 32
[25] Qasim Assamurai, Bukti-bukti Kebohongan Orientalis (Jakarta: Gema Insani, 1996), hlm. 34
[26] Adian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat ...., hlm. 224
[27] Hamam Faizin, “Menyusuri Sejarah Percetakan Al-Qur’an”, Suara Muhammadiyah, 06 / 96 | 16 - 31, Maret 2011, hlm. 22
[28] Adnin Armas, Metodologi Kritik ...., hlm. 36
[29] Ahmad Abdul Hamid Ghurab, Menyingkap Tabir Orientalisme, (Jakarta: Pustaka Alkautsar, 1992), cet. ke-2, hlm. 52
[30] Raghib As-Sirjani, Pengakuan Tokoh Nonmuslim Dunia tentang Islam, {Bandung: Sygma Publishing, 2010}, cet. ke-1, hlm. 336
[31] Raghib As-Sirjani, Pengakuan Tokoh ...., hlm. 336
I love christian
BalasHapus👍👍👍
HapusLain kali mas, kalau anda mau nulis tulisan pakai kata sejarah, cek dan ricek sumber primernya, misal, seperti tulisan John Damascus, bc lgs terjemahannya, jangan ngutip pendapat orang/tulisan orang lain yg sebenarnya juga g ada dasarnya. sekali lagi cari tulisan john damascus, anda temui tulisan anda tidak sesuai fakta, dr pembukaannya, kritik thdp islam disampaikan krn islam terlebih dahulu mengkritik isi bible,
BalasHapus[Krn islam terlebihdahulu mengkritik isi bibel]
BalasHapusApakah tuduhan anda ini punya landasan referensi?
Seperti siapa nama pengkritiknya?
Tahun berapa terjadinya?
Bila di bukukan apaa judul bukunya?