Ads Top

Selain Nabi Ismail & Ishaq, Nabi Ibrahim Memiliki 6 Anak Lagi; Siapa Saja Mereka?


Nabi Syu’aib atau mertuanya Nabi Musa yang terkadang juga dipahami sebagai tokoh yang sama dengan Yetro dalam tradisi bani Israil, merupakan seorang Nabi yang diutus untuk kaum atau bangsa Madyan. Bangsa atau kaum Madyan juga dianggap sebagai bangsa Arab kuno yang bertempat tinggal di kawasan Arab utara yang disebut negeri Madyan atau Midian (sekarang ini berada di sebelah utara Arab Saudi). Ibnu Katsir dalam buku terjemahan Qashashul Anbiya berjudul Kisah Para Nabi juga menyebutkan bahwa Nabi Syu’aib berasal dari bangsa Madyan dan silsilahnya bermuara pada Madyan bin Ibrahim. Oleh karena itu bahwa benar sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Dzar bahwa Nabi Syu'aib adalah salah satu dari empat Nabi dari Bangsa Arab.

Abu Dzar Al Ghifary. Beliau berkata kepada sang shahabat, “Ada 4 nabi dari arab, yaitu Hud, Shaleh, Syuaib, dan nabimu ini, wahai Abu Dzar.” (HR. Ibnu Hibban).

Hal serupa juga disebutkan dalam literatur non-Islam seperti A Cyclopaedia of Biblical Literature karya John Kitto menyebutkan bahwa Midian atau Madyan adalah salah satu suku Arab. Disebutkan sosok dari Madyan, (bapaknya kaum Madyan) memiliki lima anak dan masing-masing menjadi suku-suku Arab tersendiri. Terkadang orang-orang Madyan atau Midianites dan orang-orang Ismail atau Ismailites yakni keturunannya Nabi Ismail disebutkan secara sinonim dan tumpang tindih karena mereka merupakan suku yang dominan di tanah Arab. Disebutkan juga bahwa Yetro atau Nabi Syuaib adalah imam yang diperuntukkan untuk kaum Madyan. Hal serupa juga disebutkan dalam Kamus Biblenya William Smith A Dictionary of the Bible, bahwa Midian atau Madyan adalah kaum yang hidup di tanah Arab Utara. Sehingga tanpa diragukan lagi bahwa Nabi Syu’aib adalah Nabi yang diutus dari dan untuk bangsa Arab kuno, tepatnya Arab Utara. Semua literatur ini, termasuk pula literatur Yahudi menyatakan bahwa kaum Madyan (Midianites) merupakan keturunan Midian ben Abraham (Madyan bin Ibrahim).

Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa berdasarkan informasi dari kaum Ahli Kitab yakni Bani Israil, yang juga berdasarkan kitab Taurat mereka, bahwa Nabi Ibrahim selepas kewafatan Sarah maka kemudian menikahi wanita lain yang bernama Qanthura binti Yaqthan dari Kaum Kan’an. Fakta ini juga disebutkan dalam kitab-kitab lain seperti Tarikh At-thabari dan kitab-kitab tarikh lainnya seperti kitab At-Ta’rif wal A’lam Abu Qasim As-Suhaily. Adapun dalam taurat, sosok Qanthura atau Ketura disebutkan dalam Baresyit pasal 25: 1 sebagai “isteri lain” dan juga disebutkan pula dalam kitab Tawarikh pertama ayat 32, namun disebut sebagai “gundik atau selir”.

Menariknya dalam tafsiran Rabi-Rabi Yahudi ada pandangan bahwa Qanthura atau Ketura merupakan orang yang sama dengan Hajar. Menurut tafsiran Yahudi ini, setelah Nabi Ibrahim mengasingkan Hajar akibat kecemburuan Sarah, maka selepas Sarah wafat ia kembali menikahi Hajar, namun kini Hajar memiliki nama baru yakni Keturah. Nama keturah dalam bahasa Aram dipahami bermakna “terikat” yakni tidak melakukan hubungan seksual dengan yang lainnya atau tidak menikah. Dan deskripsi itu sesuai kepada sosok Hajar yang tidak menikah lagi selepas diasingkan oleh Nabi Ibrahim hingga akhirnya dinikahi kembali. Tafsiran ini tercatat dalam Midrash khususnya Midrash Bareshith Rabbah dan merupakan pendapatnya Rabi-Rabi Yahudi yang terkemuka seperti Rashi, Gur Aryeh, Keli Yakar dan Obadiah dari Bertinoro. Namun ada pula pandangan yang menolak menyebut sama, seperti pandangannya Rasbam, Ibn Ezra, Radak dan Nahmanides.

Namun jika benar Ketura adalah orang yang sama dengan Hajar, maka anak-anaknya Ketura adalah adik-adiknya Nabi Ismail. Ibnu Katsir menuliskan bahwa dari Ketura, Nabi Ibrahim memiliki enam orang Anak yakni Zamran, Yaqsyan, Madan, Madyan, Syiyaq dan Syuh. Nama-nama tersebut juga termuat dalam taurat Baresyit pasal 25 ayat 1 dan dalam Tawarikh pertama ayat 32 dengan nama Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah. Menurut catatan sejarawan Yahudi yakni Flavius Yosefus menyatakan bahwa anak-anaknya Nabi Ibrahim dari Ketura umumnya tinggal di kawasan Arab Selatan atau Arab Felix.

Dari ke-enam bersaudara, yang tertua dari anak-anaknya Nabi Ibrahim dari Keturah adalah Zimran. Menariknya pada sebuah Bible terbitan tahun 1874 dari Gereja Anglikan dan diedit oleh Frederic Charles Cook pada halaman 153 mengenai ayat Kejadian pasal 25: 2, tepat di catatan kakinya menyatakan bahwa keturunan Zimran yang juga dikenal sebagai Zabran menurut sejarawan Yunani bernama Claudius Ptolemy, keturunan Zimran tinggal di kawasan Cinaedocolpitae yang berada di barat Mekkah dekat laut merah.

Cinaedocolpitae merupakan sebutan oleh penulis dari Yunani dan Latin kepada kawasan berpendudukan di hijaz sebelah barat Arab pada abad ke 2 dan 3 masehi. Adapun Mekkah pada masa itu dikenal dengan nama Macoraba sebagaimana yang ditulis dalam petanya C. Ptolemy. Walaupun ada perdebatan dengan kaum Revisionis terkait eksistensi negeri yang bernama Macoraba, seorang astronom abad ke-17 bernama Jacobi Golii dalam karyanya Elementa Astronomica jauh-jauh hari telah mengklarifikasi bahwa yang dimaksud Macoraba dalam peta Ptolemy adalah kota Mekkah. Hal serupa juga diungkapkan oleh Philips K Hitti dalam bukunya History of The Arabs, ia menyebutkan bahwa jarak Macoraba (Mekkah) dengan laut merah adalah 48 mill, dimana Jacobi menyebutkan jaraknya 40 mill.

Keturunanya Zimran ini kemudian dikenal dengan nama Banizomenes sebagaimana yang dinyatakan oleh William Hazlitt dalam bukunya The Classical Gazetteer. Menariknya, Diodorus sang sejarawan Yunani yang hidup puluhan tahun sebelum Masehi mendeskripsikan bahwa Banizomenes ini senang berburu dan memiliki bait suci yang didirikan disana dan sangat dikuduskan serta dihormati oleh orang Arab. Secara tidak langsung tulisan Diodorus ini menjadi indikasi bahwa bangunan tersebut besar kemungkinan adalah Ka’bah. Mengingat sebagaimana deskripsi sebelumnya bawa mereka tinggal di kawasan Hijaz barat mekkah dekat laut merah.

Mengenai deskripsi Diodorus tentang bait suci di Arab, Edward Gibbon dalam bukunya The History of The Decline and Fall of The Roman Empire mengomentari bahwa, "... tetapi bangsa itu pada setiap zaman telah tunduk pada agama dan bahasa (yang asalnya) dari Mekkah. Kekunoan bangunan Ka'bah justru melampaui era kekristenan; dalam menggambarkan tepian pantai Laut Merah, sejarawan Yunani yang bernama Diodorus justru telah mengomentarinya, yang letak geografisnya antara wilayah kaum Thamud dan kaum Saba, yakni sebuah Bait Suci yang amat terkenal, yang kesuciannya sangat dihormati oleh seluruh bangsa Arab..."

Disini Edward Gibbon secara gamblang mengonfirmasi bahwa maksud bait suci yang dimaksud Diodorus jauh sebelum Masehi itu adalah Ka’bah. Secara tidak langsung ini pula mengonfirmasi bahwa Ka’bah sudah dikenal jauh sebelum masehi dan sebelum era kekristenan khususnya oleh sejarawan Yunani sendiri yakni Diodorus. Secara tidak langsung juga, fakta ini membantah klaim Dan Gibson yang mengklaim di Mekkah itu tidak ada Ka’bah, dan Ka’bah itu buatan belakangan.

Adiknya Zimran bin Ibrahim kemudian bernama Yoqsan bin Ibrahim yang keturunannya juga tinggal di kawasan Arab. Namun terjadi kebingungan disini temen-temen, karena kaum Arab Qahtani terkadang diidentifikasi sebagai keturunannya Yoqsan bin Ibrahim, namun di literatur lain sebagaimana yang kita bahas di episode sebelumnya, itu dikatakan bahwa kaum arab Qahtani berasal dari keturunannya Yoktan bin Hud atau Eber. Terlebih lagi Yoqsan bin Ibrahim dan Yoqtan bin Hud sama-sama memiliki anak bernama Saba.

Sehingga jadi pertanyaan lagi, sebenarnya bangsa Saba yang dikenald alam tradisi Islam dan juga yang disebutkan dalam Bible itu, apakah keturunannya Ibrahim atau Hud (Heber)?. Menurut biblical studies menyatakan bahwa ratu Saba yang kita kenal sebagai bilqis itu merupakan sosok Saba cucunya Nabi Ibrahim, sedangkan Saba cucunya Nabi Hud disebut sebagai raja.

Namun terlepas dari itu, baik Yoqtan bin Hud maupun Yaqsyan bin Ibrahim, keduanya keturunannya tinggal di kawasan Arab dan melahirkan bangsa Arab. At-Tabari dalam kitab Tarikhnya menyatakan bahwa Istri dari Adnan (yakni leluhurnya dari Nabi Muhammad) atau ibunya dari Ma'ad bin Adnan yang bernama Mahdad bintu Laham merupakan keturunannya Yaqsyan bin Ibrahim.

Nah anak Ketura lainnya adalah Midan atau Madan, sedikit diketahui tentang keturunannya. Berikutnya adalah Madyan, yang masyhur dikenal sebagai leluhurnya nabi syu’aib. Jika demikian berarti nabi Syu’aib adalah keturunannya Nabi Ibrahim. Penduduk Madyan, sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran kemudian mereka dimusnahkan dalam sebuah azab. Adiknya kemudian dikenal bernama Ishbak, dalam buku ini disebut sebagai Syiyaq serta yang terakhir adalah Shuah. Itulah daftar anak-anak Nabi Ibrahim dari istrinya Ketura berdasarkan tradisi Islam dan khususnya tradisi bani Israil.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.