Ads Top

KONSEP KIAMAT DALAM AGAMA SELAIN ISLAM: Zoroaster, Yahudi, Kristen, Hindu & Buddha



Kiamat merupakan pembahasan yang dikenal sebagai eskatologi. Eskatologi dalam Islam adalah ajaran teologi mengenai kehidupan sesudah mati. Eskatologi yang merupakan bagian dari agama dan filsafat berbicara secara teratur mengenai semua persoalan dan pengetahuan tentang akhir kehidupan manusia. Dalam eskatologi dibicarakan tentang kematian, kehidupan dan alam barzakh, hari kiamat, hari kebangkitan, pengadilan, surga dan neraka.[1]

Pembahasan eskatologi akhir zaman dalam Islam dapat merujuk kitab Nihayah Fil Fitan wal Malahim karya Ibn Katsir yang mengungkap beragam peristiwa pra maupun pasca kiamat seperti bencana, musibah, ya’jut ma’jut, dajjal, kedatangan Imam Mahdi, turunnya Kembali Nabi Isa yang merupakan tanda-tanda menjelang kiamat. 

Mengimani tentang hari kiamat merupakan perkara wajib bagi semua Muslim yang merupakan bagian dari rukum iman ke lima. Adapun kiamat dapat dibagi kepada dua, yakni pertama kiamat sugra yakni sebuta kepada peristiwa kematian, bencana, musibah dan lain sebagainya. Kedua kiamat kubra yang merujuk kepada penghancuran alam semesta. Al-Quran menyebutkan istilah kiamat dengan berbagai nama seperti; As-Sa’ah (hari kiamat), Yaumul Ba’ats (Hari Kebangkitan), Yaumud Din (Hari Pembalasan), Yaumul Hasroh (Hari Penyesalan), Darul Akhirah (Negeri Akhirat), Yaumul Tanad (Hari Panggil Memanggil), Al-Waqi’ah (Peristiwa Dahsyat), Al-Haqqah (Hari yang Pasti Terjadi) dan lain sebagainya[2]

Kata kiamat merupakan serapan dari kata bahasa Arab, Penulisannya dengan huruf Latin menjadi qiyamat[3]. Kata ini diambil dari istilah Yaumul Qiyamah yang berarti hari kebangkitan yang juga dimaknai kehancuran alam semesta[4]. Tidak hanya Islam, agama-agama Abrahamik dan Dharma juga memiliki konsep kiamat. 

Agama-agama Abrahamik dan Zoroaster memandang bahwa kehidupan dan kosmik berjalan secara linear dari penciptaan, kehidupan dan pemusnahan. Berbeda dengan rumpun agama dharma seperti Hindu dan Budhha yang memandang kehidupan dan kosmik berjalan secara siklik dimana apa kelahiran, pembusukan, penebusan, kematian dan kehancuran lalu kelahiran kembali. 

Dalam sejarah, konsep eskatologi kosmologi linear pertama kali dikemukakan oleh agama Zoroaster yang merupakan rumpun agama indo-iranian. Kiamat dalam Zoroaster disebut dengan istilah Frashokereti dalam kitab Avesta dimana kejahatan akan dihancurkan dan segala sesuatu yang lain kemudian dalam persatuan sempurna dengan Ahura Mazda. Setelah itu terjadilah kiamat dan semua binasa. Lalu semua manusia bangkit kembali dan dihadapkan kepada pengadilan tuhan. Bagi yang memiliki kebaikan akan dimasukkan kedalam surga yang disebut Paradeiza[5]

Menjelang Frashokereti maka diutus tiga juru selamat kepada umat Zoroaster dengan nama Aushedar, Aushedar-mah dan untuk akhir zaman bernama Shayosant. Ketiganya akan menegakkan keadilan dan memusnahkan kezaliman sehinga berdiri kerajaan Ahura Madza di muka bumi berlangsung seribu tahun dan baru kemudian kiamat[6]

Konsep eskatologi Zoroaster juga memiliki kesamaan dengan eskatologi Yahudi. Dalam ajaran ini, sebutan kepada hari kiamat adalah aharit-ha yamim dimana kiamat bagi mereka juga tidak lepas dengan adanya kedatangan sosok juru selamat yang disebut Mesiah[7]

Masa-masa ini disebut The Messianic Age dimana keadilan dan kemakmuran merata dengan dunia dipenuhi suka cita seperti pada masa kegemilangan raja David. Merujuk kepada Talmud, Messiah hadir Ketika penderitaan telah paripurna, kesanggungan umat Israel meninggalkan dosa. Mesiah juga harus berasal dari keluarga keturunan Raja David atau Daud[8]

Mengenai kapan Messiah akan tiba, dalam Talmud traktat Sanhedrin 97a disebutkan bahwa Mesiah akan datang pada tahun 6000 dalam hitungan tahun Ibrani[9], ini diperkirakan sekitar dari matahari terbenam tanggal 29 September 2239 sampai malam hari tanggal 16 September 2240 pada kalender Gregorian[10]

Setelah kiamat dan penghancuran, akan adanya penghidupan kembali disuatu masa yang disebut ha-olam haba yang dideskripsikan sebagai kehidupan setelah kematian. Ha-olam Haba juga dianggap sepadan dengan istilah surga[11]. Namun bagi yang berdosa akan juga dimasukkan dalam neraka yang disebut Gehinom. Gehinom bagi mereka merupakan tempat penyucian jiwa atau disebut purgatory. Dimana mereka akan berada disana 11 atau 12 bulan saja[12]

Eskatologi Kristen secara umum tidak jauh berbeda dengan konsep Eskatologi Yahudi. Eskatologi dalam Kristen mengenai kedatangan Yesus kedua kali. Kedatangan Kristus yang kedua kali adalah kedatangan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Karena itu, kedatangan Kristus yang kedua kali bukanlah suatu kejadian yang tiada sangkut pautnya dengan hidup sehari-hari pada zaman sekarang ini. Pada waktu itu segala sesuatu di dalam dunia ini akan dibuka tutupnya, akan dibuka kedoknya, di hadapan Allah.[13]

Adapun soal kapan datangnya Yesus kedua kali dan hari kiamat sudah sangat banyak memprediksinya. Namun dalam Bible, Yesus sendiri tidak mengetahui kapan tibanya kiamat sebagaimana berbunyi dalam Markus 13:32. 

Berbeda dengan komologi agama Abrahamik dan Zoroaster yang linear, Hindu memahami kosmik dalam konsep kosmologi siklik. Hal ini dapat dilihat dari konsep reinkarnasi yang dianut oleh pemeluknya yang disebut Punarbhawa atau Samsara, dimana roh dari jasad yang mati akan terlahir hidup kembali dalam raga yang berbeda sesuai karma di kehidupan sebelumnya[14]. Sehingga alam semesta dalam kosmik Hindu akan tercipta sembali setelah pemusnahannya. 

Bagi Hindu alam semesta dicipakan oleh dewa Brahma. Brahma hidup selama seratus tahun Kalpa. Satu tahun Kalpa sama dengan 3.110.400.000.000 tahun. Setelah seratus tahun Kalpa, maka Dewa Siwa sebagai Dewa pelebur mengambil perannya untuk melebur alam semesta beserta isinya untuk dikembalikan ke asalnya. Setelah itu, Brahma sebagai pencipta tutup usia, dan alam semesta bisa diciptakan kembali oleh kehendak Brahman (tuhannya para dewa-dewi)[15]

Proses penghancuran semesta setelah dewa Brahma tutup usia disebut Mahapralaya. Konsep waktu dalam system kosmik Hindu cukup rumit. Sehari penuh bagi sang pencipta disebut satu Kalpa, Satu Kalpa merupakan satu hari bagi Brahma, satu hari bari Brahma sama dengan seribu Yuga atau Mahayuga. Satu Yuga terdiri dari empat zaman yakni Satya Yuga, Treta Yuga, Dvapara Yuga, dan Kali Yuga. Dimana masing-masing masa Yuga memiliki masa berlangsung raturan ribu hingga ribuan juta tahun dengan total empat juta tahun[16]. Setelah era Kali Yuga berakhir, dunia akan memasuki masa Satya Yuga kembali yang merupakan era keemasan penuh suka makmur dan suka cita hingga alam semesta dan Dewa Brahma genap berusia seratus tahun Kalpa untuk terjadinya kiamat atau Mahapralaya

Dunia saat ini berada pada masa Kali Yuga. Bermula sejak 17/18 Februari 3102 SM hingga akan berakhir 423.000 tahun kedepan, tepatnya pada tahun 428.899 M[17]

Sama seperti Hindu, agama Buddha juga memakain konsep reinkarnasi sehingga kosmologi Buddha juga bersifat siklik. Namun konsep kiamat dalam Buddha berbeda dengan Hindu. Kiamat bagi Buddha sangat natural dan bukan bersifat penghancuran semesta melainkan hanya penghancuran bumi. Namun dalam kosmik Buddha memahami bahwa diluar sana ada banyak bumi-bumi yang lainnya. 

Kiamat atau hancur leburnya bumi menurut Anguttara Nikaya Sattakanipata adalah diakibatkan oleh munculnya banyak matahari hingga tujuh kali. Namun munculnya matahari-matahari ini tidak secara bersamaan melainkan berselang beberapa waktu (dalam suatu masa). Setiap pemunculan matahari selalu membawa dampak pada bumi, yaitu terjadinya kemarau yang sangat panjang. Kemarau yang sangat panjang inilah yang mengakibatkan kehancuran bumi[18]

Kehancuran itu merupakan bentuk awal dari kehidupan baru dan saat alam sudah siap maka makhluk akan Kembali mengisi alam. Menurut Buddhisme, kiamat baru akan terjadi kalau ajaran Buddha Gautama ini lenyap[19]. Kemudian untuk mengembalikan dharma maka muncullan Buddha Maitreya di akhir zaman.[20] Saat Maitreya tiba, usia manusia sudah mampu hidup 80000 tahun[21]. Jadi, menurut pandangan agama Buddha, berdasarkan tanda-tanda yang disebutkan, kehancuran bumi tidaklah datang dalam waktu dekat ini bahkan bisa jadi begitu sangat lama. 

Dapat simpulkan bahwa semua agama besar memiliki kepercayaan akan adanya kehancuran dunia yang disebut kiamat dengan rincian dan istilah yang berbeda dan beragam. Kedua, semua agama sepakat bahwa akhir zaman merupakan kondisi dimana kemerosotan moral, kekacauan, kesusahan dan kehancuran. Ketiga, karena kondisi akhir zaman yang demikian dengan segala kemundurannya maka setiap agama memiliki konsep bahwa di akhir zaman akan muncul sosok juruselamat untuk mengembalikan kondisi umatnya. Keempat, agama Zoroaster dan rumpun agama Abrahamik memiliki kesamaan bahwa setelah terjadi kiamat maka tidak ada lagi kehidupan didunia, semua yang mati akan memasuki kehidupan berikutnya. Kelima, berbeda dengan agama dharma seperti Budha dan Hindu bahwa setelah kematian akan ada kehidupan lagi di dunia dengan fisik yang baru dan setelah kehancuran alam akan berevolusi Kembali tercipta alam yang baru. 
______________
[1] Ahmad Taufiq, Negeri Akhirat; Konsep Eskatologi Nuruddin Ar-Raniri, (Solo: Tiga Serangkai, 2003), hlm. 8 
[2] A. Muzammil alfan Nasrullah, Pengantar Ilmu Tauhid (Pemekasan: Duta Media Publishing, 2019) hlm. 60-63 
[3] Dirgo Sabariyan, Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak Baku? (Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1993), hlm. 183 
[4] Muhammad Andri Setiawan & Karyono Ibnu Ahmad, Pengantar Bimbingan Dan Konseling Pendekatan Qur’ani: Dalam Berbagai Kekhasan Settingan Kehidupan (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hlm. 124 
[5] Siti Nadroh & Syairful Azmi, Agama-Agama Minor (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015) hlm. 34-37 
[6] Joesoef Souy'b, Agama-Agama Besar di Dunia (Jakarta: Penerbit Pustaka Alhusna, 1996), hlm. 252 
[7] Michael Rydelnik & Edwin Blum, The Moody Handbook of Messianic Prophecy: Studies and Expositions of the Messiah in the Hebrew Bible (Chicago: Moody Publisher, 2019) 
[8] Anggun Gunawan, Messianik Yahudi: Juru Selamat Yahudi dalam Telaah Psikoanalisa Erich Fromm (Yogyakarta: Gre Publishing, 2010), hlm 31-43 
[9] J. Christopher Garrison, The Judaism of Jesus: The Messiah's Redemption of the Jews (Bloomington: WestBow Press, 2014), hlm. 24 
[10] "Hebrew Date Converter - 1st of Tishrei, 6000 | Hebcal Jewish Calendar". www.hebcal.com. 
[11] Israel Drazin & Stanley M. Wagner, Onkelos on the Torah: Ba-Midbar (Jerusalem: Gefen Publishing, 2009), hlm. xxix 
[12] Joel Lurie Grishaver, Talmud with Training Wheels (Los Angeles: Torah Aura Productions, 2007) vol. 2, hlm. 16 
[13] Simon Rumante, "Teologi Biblika Perjanjian Baru Tentang Hakim Yang Akan Datang: Kajian Tentang Eskatologi Dalam Perjanjian Baru Dan Implementasinya Dalam Pendidikan Agama Kristen Di Sekolah", Jurnal Jaffray, Vol.9 No 1, 2011, hlm. 192 
[14] I Nyoman Sukartha, dkk, Kidung Kaki Tuwa: Sebuah Kajian Konvensi Budaya dan Nilai (Jakarta: Departeen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1997), hlm. 96 
[15] Gusti Ngurah Yiga Semadi, Brahma Cakra: Sebuah Tarian Kosmik (Bali: Nilacakra, 2019), hlm. 22 
[16] Ted Peters & Gaymon Bennett, Menjembatani Sains Dan Agama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 270 
[17] Ali M. Ansari, Perceptions of Iran: History, Myths and Nationalism from Medieval Persia to Islamic Republic (London: I.B Tauris, 2014), hlm. 54 
[18] Mukayat Al-Amin, "Hari Kiamat Dalam Perspektif Islam Dan Budha (Studi Perbandingan)", Al-Hikmah: Jurnal Studi Agama-Agama, Vol.5 no.2, 2019, hlm. 42-43 
[19] Ashin Kheminda, KAMMA: Pusaran Kelahiran & Kematian Tanpa Awal (Jakarta: Yayasan Dhammavihari, 20200, hlm. 33 
[20] John Ardent, Over the Wall of Oppression (Bloomington: Author House, 2016) 
[21] Alan Sponberg & Helen Hardacre, Maitreya, the Future Buddha (Cambridge: Cambridge University Press, 2010), hlm. 57

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.